Lucu ga lucu yang penting bisa tertawa, hahahaha...

(story) KETIKA AUTOBOTS BERTASBIH

Hari ini adalah hari kepulangan Azzam ke Indonesia setelah 9 tahun lamanya di Mesir. Pesawat telah take-off 5 menit yang lalu. Di sebelahnya duduk Eliana, putri dubes Indonesia untuk Mesir yang sedang tertidur lelap. Mulutnya mangap dengan iler yang sedikit menetes sampai ke kerah baju. Walaupun ilernya mengalir, namun gadis itu tetap cantik. Azzam jadi membayangkan, ileran aja masih cantik, gimana kalo ngeden ya? Ah, tapi Azzam tak berani membayangkan, pamali kalo kata orang tua bilang.

“Eliana…Eliana” ucap Azzam sambil menepuk pundaknya.

“iya, mas Irul. Ada apa?” jawab Eliana setengah tertidur.

“udah tidur ya?” tanya Azzam

“Yeeee, dikirain apa. Tadi sih tidur, kalo sekarang sih udah bangun jadinya.” Eliana menjawab dengan keki.

“Ups, sori. Kalo gitu tidur lagi deh.” Azzam berkata tanpa rasa bersalah

10 menit telah berlalu sejak pesawat meninggalkan airport. Kini pesawat mengudara di atas gurun pasir. Tampak Piramida Giza yang menjulang tinggi terlihat dari jendela pesawat. Melihat piramida, Azzam jadi teringat nasi tumpeng buatan ibunda tercinta di Indonesia.

Tiba-tiba, pesawat terguncang sangat keras. Captain pilot mengumumkan keadaan darurat. Masker oksigen berjatuhan dari kabin pesawat. Eliana pun langsung terbangun. Dengan cepat Azzam memakai masker oksigen tersebut dan ikut membantu Eliana memasangkan oksigennya.

Pesawat menukik sangat cepat. Seluruh orang di pesawat panik dan berteriak. Para pramugrari yang nan cantik pun tidak ketinggalan berteriak, namun demi menjaga image, mereka berteriak tapi tetap cantik. Sungguh tidak penting.

Pesawat akhirnya mendarat di gurun pasir. Hampir seluruh bodinya hancur. Para penumpang banyak yang pingsan dan beberapa meninggal dunia kecuali Azzam dan Eliana. Semua itu karena mereka pemeran utama. Engga seru aja kalo pemeran utamanya meninggal dunia. Kemudian Azzam membuka pintu darurat dan keluar besama Eliana. Sebenarnya Azzam ingin pergi ke toilet dulu, karena kebelet pipis dari tadi, namun dia urungkan karena merasa ini bukan waktu yang tepat untuk pergi ke toilet.

Sekeluarnya mereka dari pesawat, di depan mereka sudah hadir 3 sosok raksasa namun tidak terlihat jelas karena terhalang sinar matahari..

“awww!!!” teriak Azzam kaget sambil mengangkat kedua tangannya yang tergenggam menutupi mulutnya melihat sosok raksasa itu.”siapa kalian? jangan bunuh kami. bunuh dia saja!!” sambil menunjuk ke Eliana.

“Jangan takut Azzam. Nama saya Tumbleban. Kami datang dengan damai. Peace. Slanker, you know? Salam Peace, Love and Gaul.” Jawab salah satu raksasa berwarna kuning sambil menggerakan tangannya dari bibir, ke bahu kemudian menggoyangkan ke depan seperti ular. Sebelas duabelaslah dengan dwi andhika. Kini terlihat terlihat jelas bahwa mereka adalah robot raksasa

“Kami adalah para autobots, dan kami datang karena kamu adalah satu-satunya manusia yang bisa menyelamatkan kami dan bumi ini dari kehancuran oleh para Decepticon.” Ucap salah seorang autobots yang berwarna silver.

“Kenapa saya?” tanya Azzam

“Ya tadinya kami mau pilih Michael jackson, tapi sayang dia sudah meninggal duluan.”

“Terus, tugas saya apa untuk menyelamatkan bumi ini?”

“Tugas kamu adalah mencari The Matrix sebagai sumber utama dari Energon. The Matrix ada di dalam salah satu Piramida. Kamu harus menemukannya sebelum The Fallen, Megatron dan kroco-kroconya menemukannya terlebih dahulu. Tapi kamu harus mencarinya bersama wanita itu.”

“Eliana maksudnya? Kenapa?”

“Iya, karena dia pemeran utama juga. Jadi dia harus ikut. Banyak nanya nih anak. Ingat Azzam, kamu hanya punya waktu 2,5 jam untuk menemukan The Matrix. Kalau kamu berhasil menemukannya, kamu akan mendapatkan US50.000 tunai dan jalan-jalan ke Australia sekeluarga. Untuk membantumu menemukan The Matrix, kami akan berikan potongan Allspark agar kamu mempunyai pikiran super. Semoga berhasil!!”

“Tunggu!!! Terus, tugas kalian apa? Kalian tidak membantu kami??” tanya Azzam bingung.

“Kami bantu saja dengan doa. We will praise God.”

“Capek deh. Oh iya, sebelum pergi, ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepada Eliana.” Ucap Azzam.

“Apa itu Mas Irul?” tanya Eliana.

“Ka..ka…mu..mmuuuu bukan mantan cowok kan?” tanya Azzam sedikit gugup.

“Ya bukanlah. Kalau mantan copet iya, tapi kalo mantan cowok ga mungkin kali” Jawab Eliana sedikit emosi.

“Yeee, aku kan cuma iseng nanya. Sapa tau aja nanti ada adegan yang mengharuskan kita berpelukan atau bahkan berciuman, dan aku ga mau baru mengetahui kalo wanita yang aku cium ternyata mantan cowok. Lagipula, padahal aku mengharapkan jawaban yang lebih dramatis dari sekedar mantan copet. Hmm, tapi ya sudahlah.” Balas Azzam.

“Sudah, jangan bertengkar. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Kita harus mencari Energon sekarang.” Tumbleban, robot raksasa berwarna kuning coba melerai.

“Tapi kita harus mencari dimana? Mesir ini luas lho. Kalo salah, kita bisa dehidrasi di gurun Sahara atau hipotermia di perut gajah Afrika.” Azzam sedikit pesimis dan banyak tidak nyambungnya.

“Eh tenang aja Mas Irul, aku punya teman yang biasa mencarikan sesuatu hilang. Mungkin dia bisa membantu. Sebentar ya aku telepon dulu.” Lalu Eliana mengambil hpnya dan mulai menelepon seseorang. “Halo Man, ini aku Eliana, masih inget kan? Aku butuh bantuan nih, bisa datang ya, cepat, ga pake lama. Posisiku sekarang di 340BB, 580BT, 1320LS dan 120LU. Aku tunggu ya”

5 menit kemudian.

Seorang cowok, seorang cewek dan 2 orang kameraman yang jenis kelaminnya tidak penting untuk diketahui datang menghampiri Azzam dan yang lainnya.

“Halo Man, pa kabar? O iya, ini Azzam, temenku di Mesir, dia yang butuh bantuan kalian. Mas irul, ini Mandala, temenku yang mungkin bisa membantu mencari benda itu” Eliana coba memperkenalkan tamu yang baru datang itu.
“O iya Mas Azzam, kenalin saya Mandala Putra Geledek, tapi biasa dipanggil Maman, dan ini partner saya Pia, kami dari tim Termelek-melek Transtipi.”

“Saya Khairul Azzam. Panggil saja Azzam.”

“Iya Mas Azzam, ada yang bisa kami bantu. Bisa ceritakan ke kami, kira-kira siapa yang akan kita cari?”

“Bukan siapa, tapi apa. Saya mendapat tugas untuk mencari sebuah benda bernama The Matrix, sumber utama dari Energon, yang katanya bisa menyelamatkan dunia ini”

“Oke, jadi kita mencari benda yang namanya The Matrix. Kira-kira ada petunjuk ga yang bisa mengarahkan kita menemukan benda itu?”

“Benda itu milik para Autobots. Pemilik terakhirnya para Prime.”

“Sekarang para Prime ini dimana?”

“Sudah mati. Prime terakhir yaitu Optimus Prime, pimpinan para Autobots juga sudah mati.”
Mandala mulai garuk-garuk kepala.

“Jadi pemilik benda itu, para Prime sudah mati. Kira-kira tau ga sebelum mereka mati, mereka menyerahkan benda itu ke siapa?”

“Mereka datang ribuan tahun yang lalu ke bumi ini, di tanah Mesir ini. Sepertinya mereka menyerahkan benda itu ke Firaun III, Ka-nakht tut-mesut.”

“Sekarang dimana si Ka-nakht tut-mesut ini?”

Udah mati juga.”

Sekarang Mandala mulai garuk-garuk pantat.

‘Gini deh Mas Azzam, ada ga orang yang belum mati?”

“Ada.”

“Siapa?”

“Luna Maya”

“Luna Maya ini tau The Matrix ada dimana?”

“Ya enggalah, kalo Ariel ada di mana, mungkin dia tau.”

Mandala mulai garuk-garuk pasir gurun.

“Gini deh Mas Azzam, kira-kira ada ga yang MASIH HIDUP dan TAHU mengenai keberadaan The Matrix ini?”

“Yang terakhir memperebutkan The Matrix adalah The Fallen, pimpinan para Decepticon. Pasti dia tahu mengenai The Matrix ini.”

“Akhirnyaaa…dari tadi kek!” Mandala menghela napas. “Mas Azzam tahu sekarang The Fallen tinggal dimana?”

“Saya tahu tempat tinggalnya The Fallen” tiba-tiba Tumbleban ikut bicara.

“Oke, target pertama kita adalah The Fallen. Bisa kita ke sana sekarang?”tanya Mandala.

“Supaya cepat, kami akan berubah menjadi kendaraan dan kalian bisa naik kami.” Ucap Tumbleban.
Kemudian ketiga robot raksasa itu berubah dari robot menjadi kendaraan. Robot berwarna kuning berubah menjadi Truk Sampah, Robot berwarna putih berubah menjadi mobil Ambulan pengangkut mayat dan robot berwarna hitam berubah menjadi Odong-Odong.

“Eh maaf ni Tumbleban, kok kita naek Truk Sampah, Ambulan sama Odong-odong sih? Emang ga ada yang kerenan sedikit apa, kaya Chevy Camaro, Pontiac, Hummer, atau Mustang gitu?” tanya Mandala sedikit ilfil.

“Udah jangan banyak cincong lho. Lo kan disini cuma figuran doang, Azzam aja ga banyak protes. Pilih mana, naek kita atau digendong Mbah Surip?” Jawab Tumbleban.
Akhirnya mereka berangkat ke tempat tinggalnya The Fallen.

Pencarian Hari I.

Lokasi: Tempat tinggal The Fallen, daerah sekitar Mesir.


“Azzam, piramida itu tempat tinggalnya The Fallen. Kalian bisa mencari tahu di sana. Kami bertiga, para Autobots akan berjaga di luar sini, sambil bertasbih mendoakan keselamatan kalian.” Tumbleban mencoba menjelaskan peran masing-masing.
Kemudian Azzam, Eliana, dan Tim Termelek-melek masuk ke Piramida itu.

“Permisi, ada orang?” Mandala coba bersopan-santun.
Lalu keluarlah sesosok robot wanita berpakaian seksi dari dalam Piramida.

“Halo, permisi mbak. Kenalin saya Mandala, boleh tanya apa benar disini tempat tinggalnya The Fallen?” Mandala bertanya kepada robot wanita berpakai seksi tersebut.

“Oh, iya benar. Ada perlu apa ya?”


“Bisa kita bertemu dengan beliau?”

“Oh bisa, sebentar ya saya panggilkan dulu. Dia lagi di belakang lagi ganti oli.”
Tak lama kemudian keluarlah robot raksasa.

Halo, permisi pak. Kenalin saya Mandala, ini partner saya Pia, dan ini klien saya Azzam dan Eliana. Kami dari tim Termelek-melek Transtipi.” Mandala mencoba bersopan-santun kembali.

“Iya ada apa ya rombongan begini pake bawa-bawa kamera segala?”

“Jadi begini pak. Klien saya, Azzam, sedang mencari suatu benda yang namanya The Matrix. Katanya Pak Fallen yang terakhir liat itu benda?”

“Oh itu benar. Kamu mau ambil itu benda? Silahkan saja. Saya sudah tidak butuh lagi kok. Sebentar ya saya ambilkan di dalam dulu.”

Tak lama kemudian.

“Nih The Matrix-nya” The Fallen menyerahkan sebuah benda ke Azzam.

“Lho, lho pak, begitu doang? Ga ada adu mulut dulu atau pake berantem dulu kek?. Atau bapak marah-marah dan mengusir kita, biar kita datang lagi besoknya atau diarahkan ke target lain gitu?. Kalo begini nanti acara kami jadi ga seru lagi pak. Gak ada dramanya sama sekali.” Mandala tiba-tiba protes karena begitu gampangnya The Fallen menyerahkan The Matrix.

“Iya, saya sudah tua mas. Sudah capek berantem terus. Sekarang saya mau menikmati masa tua saya dengan tenang. Apalagi sekarang saya ditemani sama robot cantik dari Jepang yang bernama Maria Oh Jawa ini”.


“Oh robot seksi ini istri Pak Fallen toh. Katanya dari jepang, kok namanya ada jawanya sih?” tanya Mandala sedikit heran.

“iya, dulu prototipe pertama saya diciptakan oleh para mahasiswa dari UI, ITB dan ITS dalam kontes robot. Katanya sih terinspirasi dari aktris jepang.” Wanita robot itu mencoba menjelaskan.

“oh begitu ya, pantas namanya agak familiar gitu.” Azzam coba ikut menyambung pembicaraan. “kalo begitu, kita pamit dulu ya. Terima kasih atas bantuannya”

“iya, sama nak Azzam.”
Akhirnya Azzam berhasil mendapatkan The Matrix lalu menyerahkan ke Autobots, dunia kembali damai, Azzam dan Eliana meneruskan perjalanan pulang ke Indonesia, dan pencarian itu tidak disiarkan dalam acara Termelek-melek karena pencariannya yang sangat singkat.
-THE END-

EPILOG
Azzam dan Eliana akhirnya sampai di Indonesia. Bandara Soekarno Hatta penuh sesak dengan orang-orang. Beberapa orang membawa kamera tampak sedang berkumpul di pintu luar.
“akhirnya, setelah sekian lama, aku menginjakkan kaki lagi ke Indonesia” ucap Azzam dalam hati.
Tiba-tiba seorang ibu tua menghampiri Azzam.
“Akhirnya, kau pulang juga anakku” ucap ibu tua tersebut.
“Maaf, ibu siapa ya? Aku ga kenal sama ibu?” tanya Azzam heran.
“Oh teganya kau melupakan aku, nak. Aku ibumu, orang yang melahirkan kamu. Mengapa kau tidak mengakui aku ibumu, padahal kau hanya pergi ke negeri seberang?”
“Maaf, aku tidak mengenal siapa ibu. Aku Azzam, aku baru pulang dari Mesir. Lagipula ibuku sekarang ada di Solo.”
“Dasar anak durhaka, sampai berani mengganti nama pemberian orang tuamu. Ku kutuk kau jadi batu, Malin!!!!”
Langit gelap, petir menyambar, dan tiba-tiba Azzam berubah menjadi batu.
Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda mendekati ibu itu.
“Bundo, ini Malin. Sapa yang bundo kutuak itu?”