Beli Satu Dapat Dua
Bedul jalan-jalan ke pasar. Ketika sampai pada seorang pedagang, dia melihat orang berkerubung menyaksikan pedagang yang tengah mempromosikan barang dagangannya.
"Beli satu dapat dua, beli satu dapat dua," teriak pedagang.
Bedul penasaran. Akhirnya dia mendekat pada pedagang lalu bertanya. "Apa sih barangnya bang."
Sepatu, sambil menunjuk sepasang sepatu."
Guru Pelit Nilai
Paman Bedul mendatangi guru matematika sekolah dasar tempat anaknya menimba ilmu. Kepada guru itu, dia bertanya soal hasil ujian anaknya karena sudah diulang tiga kali tetapi belum juga lulus.
"Bagaimana mau bisa lulus Pak, anak Bapak itu berat sekali," ujar Pak Guru. Karena penasaran Paman Bedul meminta buktinya. "Coba lihat ini... 7 x 5 = 34," kata guru.
"Ya, ampun, Pak Guru," kata Paman Bedul, "masa begitu saja harus gagal sih. Itu kan cuma kurang satu."
Ditilang Polisi
Teman Bedul seorang pelupa. Pertama dia ditilang karena gak bawa STNK. Beberapa hari kemudian ditilang lagi karena gak bawa SIM. Terakhir, oleh polisi yang sama, teman Bedul ditilang karena gak pakai helm.
“Kamu lagi kamu lagi, kalau pelupa jangan bawa motor, jalan kaki saja,” katanya. Beberapa hari kemudian teman Bedul lewat ke jalan itu lagi sambil membawa surat-surat lengkap yakni STNK, SIM dan helm.
Kali ini teman Bedul heran karena polisi itu cuma senyum. Penasaran akhirnya dia bertanya. “Mengapa Pak kok gak memeriksa saya,” tanya teman Bedul. “Buat apa, kan kamu gak pakai motor.”
Lapor ke Polisi
Paman Bedul adalah seorang anggota polisi. Malam itu dia kebagian piket. Seorang anak tiba-tiba menghubunginya. "Hallo Pak polisi? Saya mau minta tolong, ayah saya sedang dikeroyok oleh 4 orang preman," kata suara disebrang sana.
Paman Bedul bertanya: "Sudah berapa lama, Dik?" Anak itu menjawab : "Sejak 30 menit yang lalu, Pak."
Mendengar itu Paman Bedul bertanya lagi: "Lho?? Kenapa baru telepon sekarang??" Jawaban anak itu: "Soalnya sampai 25 menit yang lalu ayah saya masih unggul Pak."
Pemadaman Listrik
Akhir-akhir ini kampung Bedul sering mengalami gangguan aliran listrik. Sehari bisa terjadi tiga kali pemadaman. Bahkan, yang menjengkelkan warga, waktu pemadamannya bisa berjam-jam.
Bedul pun memelopori warga untuk demo di kantor perusahaan listrik. Direktur perusahaan listrik menyanggupi untuk meniadakan pemadaman bergilir. Sebagai bukti dipasanglah iklan besar di media massa. "Mulai hari ini PEMADAMAN LISTRIK BERGILIR ditiadakan, diganti dengan PENYALAAN LISTRIK BERGILIR."
Buku PR
CEPLIS bangun kesiangan setelah semalaman nonton film di televisi. Dia pun berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa. Di perjalanan, Ceplis baru ingat bahwa dia belum mengerjakan PR matematika.
Saat Ceplis tiba di kelasnya, pelajaran matematika baru saja dimulai. "Ceplis, kenapa kamu terlambat?" tegur bu guru dengan nada tinggi.
"Maaf, Bu. Saya ditodong seorang pria di perjalanan," jawab Ceplis sekenanya.
"Oooh, kamu nggak apa-apa, Ceplis?" kata bu guru yang dengan suara yang melunak. "Apa, yang diambil penodong itu? Uang jajanmu ya?" tanyanya.
"Nggak apa-apa, Bu. Uang jajan saya juga masih utuh. Penodong itu cuma... mengambil buku PR saya."
Menyeberang Jalan
Kakek Bedul berjalan kaki ke pasar. Untuk menyingkat waktu, dia tidak menggunakan jembatan penyeberangan orang, melainkan memilih menyeberang jalan.
Sewaktu dia mau menyeberang tiba tiba ada sebuah metromini nyelonong. Sopirnya marah-marah, “Eh kalau nyeberang jalan pake mata dong! Untung saja pengalaman aku sudah 10 tahun pegang setir, kalo kagak pasti ketabrak lu!”
Kakek Bedul tak mau kalah. “Eh.. ngomong yang bener, baru 10 tahun saja pegang setir udah sombong. Gue nih udah 25 tahun pengalaman nyeberang jalan kagak sombong.”
Bedul jalan-jalan ke pasar. Ketika sampai pada seorang pedagang, dia melihat orang berkerubung menyaksikan pedagang yang tengah mempromosikan barang dagangannya.
"Beli satu dapat dua, beli satu dapat dua," teriak pedagang.
Bedul penasaran. Akhirnya dia mendekat pada pedagang lalu bertanya. "Apa sih barangnya bang."
Sepatu, sambil menunjuk sepasang sepatu."
Guru Pelit Nilai
Paman Bedul mendatangi guru matematika sekolah dasar tempat anaknya menimba ilmu. Kepada guru itu, dia bertanya soal hasil ujian anaknya karena sudah diulang tiga kali tetapi belum juga lulus.
"Bagaimana mau bisa lulus Pak, anak Bapak itu berat sekali," ujar Pak Guru. Karena penasaran Paman Bedul meminta buktinya. "Coba lihat ini... 7 x 5 = 34," kata guru.
"Ya, ampun, Pak Guru," kata Paman Bedul, "masa begitu saja harus gagal sih. Itu kan cuma kurang satu."
Ditilang Polisi
Teman Bedul seorang pelupa. Pertama dia ditilang karena gak bawa STNK. Beberapa hari kemudian ditilang lagi karena gak bawa SIM. Terakhir, oleh polisi yang sama, teman Bedul ditilang karena gak pakai helm.
“Kamu lagi kamu lagi, kalau pelupa jangan bawa motor, jalan kaki saja,” katanya. Beberapa hari kemudian teman Bedul lewat ke jalan itu lagi sambil membawa surat-surat lengkap yakni STNK, SIM dan helm.
Kali ini teman Bedul heran karena polisi itu cuma senyum. Penasaran akhirnya dia bertanya. “Mengapa Pak kok gak memeriksa saya,” tanya teman Bedul. “Buat apa, kan kamu gak pakai motor.”
Lapor ke Polisi
Paman Bedul adalah seorang anggota polisi. Malam itu dia kebagian piket. Seorang anak tiba-tiba menghubunginya. "Hallo Pak polisi? Saya mau minta tolong, ayah saya sedang dikeroyok oleh 4 orang preman," kata suara disebrang sana.
Paman Bedul bertanya: "Sudah berapa lama, Dik?" Anak itu menjawab : "Sejak 30 menit yang lalu, Pak."
Mendengar itu Paman Bedul bertanya lagi: "Lho?? Kenapa baru telepon sekarang??" Jawaban anak itu: "Soalnya sampai 25 menit yang lalu ayah saya masih unggul Pak."
Pemadaman Listrik
Akhir-akhir ini kampung Bedul sering mengalami gangguan aliran listrik. Sehari bisa terjadi tiga kali pemadaman. Bahkan, yang menjengkelkan warga, waktu pemadamannya bisa berjam-jam.
Bedul pun memelopori warga untuk demo di kantor perusahaan listrik. Direktur perusahaan listrik menyanggupi untuk meniadakan pemadaman bergilir. Sebagai bukti dipasanglah iklan besar di media massa. "Mulai hari ini PEMADAMAN LISTRIK BERGILIR ditiadakan, diganti dengan PENYALAAN LISTRIK BERGILIR."
Buku PR
CEPLIS bangun kesiangan setelah semalaman nonton film di televisi. Dia pun berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa. Di perjalanan, Ceplis baru ingat bahwa dia belum mengerjakan PR matematika.
Saat Ceplis tiba di kelasnya, pelajaran matematika baru saja dimulai. "Ceplis, kenapa kamu terlambat?" tegur bu guru dengan nada tinggi.
"Maaf, Bu. Saya ditodong seorang pria di perjalanan," jawab Ceplis sekenanya.
"Oooh, kamu nggak apa-apa, Ceplis?" kata bu guru yang dengan suara yang melunak. "Apa, yang diambil penodong itu? Uang jajanmu ya?" tanyanya.
"Nggak apa-apa, Bu. Uang jajan saya juga masih utuh. Penodong itu cuma... mengambil buku PR saya."
Menyeberang Jalan
Kakek Bedul berjalan kaki ke pasar. Untuk menyingkat waktu, dia tidak menggunakan jembatan penyeberangan orang, melainkan memilih menyeberang jalan.
Sewaktu dia mau menyeberang tiba tiba ada sebuah metromini nyelonong. Sopirnya marah-marah, “Eh kalau nyeberang jalan pake mata dong! Untung saja pengalaman aku sudah 10 tahun pegang setir, kalo kagak pasti ketabrak lu!”
Kakek Bedul tak mau kalah. “Eh.. ngomong yang bener, baru 10 tahun saja pegang setir udah sombong. Gue nih udah 25 tahun pengalaman nyeberang jalan kagak sombong.”