Andai pagar besi gerbang Gedung DPR RI bisa ngomong, yakinlah ia akan bilang, "lebih baik aku mati dari pada tiap hari ditendang, diludahin, digoyang-goyang sampai bonyok."
Begitulah 'nasib' gerbang wakil rakyat itu, yang tak pernah sepi dari berondongan protes rakyat yang 'tersakiti'.
Di hari Senin lampau, sekelompok mahasiswa anti korupsi tampak bergerombol di depan gerbang DPR.
Para petugas keamanan pun terlihat bersiaga penuh di sepanjang pintu utama itu. Yel-yel anti manipulatif pun bergema keras, "Gantung koruptor! Basmi calo undang-undang! Bubarkan DPR RI!"
Di sela-sela gegap gempita teriakan para demonstran, sambil mendorong-dorong pagar gerbang, seorang wakil rakyat berstelan jas dan berdasi merah itu pun, nyelonong masuk lewat pintu kecil sebelah kiri gerbang.
Di saat yang bersamaan tampak seorang demonstran berikat kepala merah dengan pengeras suara di tangan, bergegas maju kedepan sambil menunjuk-nunjuk anggota
DPR yang lewat pintu samping tadi.
"Hey bapak botak! Jangan pengecut dong. Halo teman-teman anti korup! Coba saksikan bapak botak yang mengaku wakil rakyat itu! Dia lewat pintu samping masuk ke istananya.
Mengapa dia lewat pintu samping, teman-teman?" Teriak pemimpin demonstran itu kearah kerumunan, menyuruh mereka menjawab serentak.
Seperti di komando, 'gerombolan' anak-anak muda itu pun berteriak sejadi-jadinya, "ya..ya..karena wakil rakyat emang biasa main samping alias kerja sampingan!"
Merasa belum puas pemimpin demo tadi pun, berlari kecil mendekati Anggota DPR itu, sambil berseru dengan nada tinggi, "Pak, apa belum puas di gaji gede! Sementara kerjaannya cuma pidato, duduk sidang, dan tanda tangan?"
"Hey bung! Kamu pikir ngurus rakyat itu enak? Kamu pikir perjuangan jadi caleg nomor satu, sampe bisa duduk di Senayan ini, cuma-cuma? Pake otak bung!"
Teriak anggota dewan botak itu, menangkis tudingan wakil demonstran.
Pemimpin demo itu terdiam sejenak, mimiknya agak mesem-mesem. Kemudian dia mendekati sela jeruji pagar, sambil menjulurkan tangan isyarat cooling down.
Anggota dewan itu pun mendekat. Begitu jarak keduanya sudah lumayan dekat, pemimpin 'huru hara' itu pun menaruh tangannya samping mulut dan berkata pelan seperti berbisik,
"Pak aku pun sudah capek bolak-balik ke sini tiap senin, taruhannya nyawa pula. Dijanjiin tiap selesai demo diamplopin, eh..ternyata udah empat kali 'senin' belum dapat apa-apa...(Tertunduk sejenak)... Bos! Punya go cap? Bila punya, sekarang pun urusan teriak-teriak selesai. Sssssstttt!
Begitulah 'nasib' gerbang wakil rakyat itu, yang tak pernah sepi dari berondongan protes rakyat yang 'tersakiti'.
Di hari Senin lampau, sekelompok mahasiswa anti korupsi tampak bergerombol di depan gerbang DPR.
Para petugas keamanan pun terlihat bersiaga penuh di sepanjang pintu utama itu. Yel-yel anti manipulatif pun bergema keras, "Gantung koruptor! Basmi calo undang-undang! Bubarkan DPR RI!"
Di sela-sela gegap gempita teriakan para demonstran, sambil mendorong-dorong pagar gerbang, seorang wakil rakyat berstelan jas dan berdasi merah itu pun, nyelonong masuk lewat pintu kecil sebelah kiri gerbang.
Di saat yang bersamaan tampak seorang demonstran berikat kepala merah dengan pengeras suara di tangan, bergegas maju kedepan sambil menunjuk-nunjuk anggota
DPR yang lewat pintu samping tadi.
"Hey bapak botak! Jangan pengecut dong. Halo teman-teman anti korup! Coba saksikan bapak botak yang mengaku wakil rakyat itu! Dia lewat pintu samping masuk ke istananya.
Mengapa dia lewat pintu samping, teman-teman?" Teriak pemimpin demonstran itu kearah kerumunan, menyuruh mereka menjawab serentak.
Seperti di komando, 'gerombolan' anak-anak muda itu pun berteriak sejadi-jadinya, "ya..ya..karena wakil rakyat emang biasa main samping alias kerja sampingan!"
Merasa belum puas pemimpin demo tadi pun, berlari kecil mendekati Anggota DPR itu, sambil berseru dengan nada tinggi, "Pak, apa belum puas di gaji gede! Sementara kerjaannya cuma pidato, duduk sidang, dan tanda tangan?"
"Hey bung! Kamu pikir ngurus rakyat itu enak? Kamu pikir perjuangan jadi caleg nomor satu, sampe bisa duduk di Senayan ini, cuma-cuma? Pake otak bung!"
Teriak anggota dewan botak itu, menangkis tudingan wakil demonstran.
Pemimpin demo itu terdiam sejenak, mimiknya agak mesem-mesem. Kemudian dia mendekati sela jeruji pagar, sambil menjulurkan tangan isyarat cooling down.
Anggota dewan itu pun mendekat. Begitu jarak keduanya sudah lumayan dekat, pemimpin 'huru hara' itu pun menaruh tangannya samping mulut dan berkata pelan seperti berbisik,
"Pak aku pun sudah capek bolak-balik ke sini tiap senin, taruhannya nyawa pula. Dijanjiin tiap selesai demo diamplopin, eh..ternyata udah empat kali 'senin' belum dapat apa-apa...(Tertunduk sejenak)... Bos! Punya go cap? Bila punya, sekarang pun urusan teriak-teriak selesai. Sssssstttt!